Syamsul Bahry Fakoubun
atau lebih dikenal dengan nama Andrey Fakoubun, memulai konten youtube-nya
dengan tajuk LOKAL VOKAL. Ia telah mewawancarai musisi, rapper, selebgram,
hingga caleg muda asal kota Ambon. Molucca Project mengajak Andrey untuk chat dan membahas tentang apa sih yang
ada di balik konten LOKAL VOKAL dan mengapa penting untuk mengabarkan kabar
baik melalui video. Berikut wawancara singkat kami bersama Andrey:
Mengapa sih tertarik dengan membuat video youtube? Mengapa memilih untuk menjadi
yutuber? Kira-kira menurutmu apa dampak besar dari sebuah video yang
ditonton olah banyak orang?
Awalnya mau membuat
video youtube, karena saya tidak punya skill.
Pengetahun tentang sajak terbatas, musik terbatas. Bisa sih, tapi tidak ahli.
Kemudian saya kenal dengan orang-orang yang kompeten di bidang itu semua. Nah,
youtube saya ini adalah wadah untuk mengapresiasi mereka. Jadi walau tidak
punya skill yang sama dengan mereka,
saya punya cara lain untuk mengabarkan kepada kawan-kawan di luar sana. Bahwa
mereka (orang-orang yang saya wawancara
ini) cukup kompeten loh, di bidang mereka masing-masing.
Karena video ini adalah
gabungan antara visual dan audio, bagi saya, dampak yang sangat signifikan
adalah pesan yang kita sampaikan mudah ditangkap. Saya sadari juga dampak besar
suatu media, entah itu platform apapun ya,
mau video, surat kabar, radio. Nah, dampak besar yang kena kepada
audiens itu, saya pikir tergantung dari: motivasi. Bagaimana kita dapat
mengemas konten kita dengan motivasi baik.
Lets
talk about LOKAL VOKAL, apa yang ada di pikiranmu ketika memilih nama ini?
Beberapa konten LOKAL VOKAL menyinggung soal: politik, mengapa kamu pikir anak
muda Maluku mesti melek politik? Mesti tahu siapa yang mereka pilih? Dan
bagaimana pendapatmu tentang situasi politik Maluku khususnya kota ambon saat
ini?
Waktu bicara tentang
punya channel, hal yang saya pikirkan adalah, bagaimana cara mengabarkan bahwa
anak-anak muda di Ambon itu kreatif. Banyak isu yang pengin saya suarakan, yang
saya rasa isu tersebut tidak di-cover
oleh media besar. Nah, saya rasa segala hal tentang Maluku dan dari Maluku
mesti disuarakan, makanya itupun yang membuat saya menamakan konten youtube
saya, Lokal Vokal.
Kenapa saya kemas
konten politik, ya, seperti kita tahu belakangan ini, memasuki tahun 2019,
tahunnya politik. Saya pikir anak muda mesti lebih peka sama politik. Anak muda
sudah sepantasnya tahu, mereka akan pilih siapa, dan pilih karena apa. Karena
kita tahu, kalau mengharapkan dari media besar sendiri, sudah sangat susah
seseorang dapat dinilai secara objektif. Apalagi anak muda kan agak sensitif
dengan kata berbau politik, tuh. Saya ingin mengubah mindset itu. Lokal Vokal muncul sebagai media alternatif, yang mau mengajak
anak muda untuk lebih peka dan membuka mata terhadap dunia politik.
Hal lainnya, situasi
politik Maluku bagi saya adalah semacam potret kecil dari situasi politik
Indonesia. Dan dengan banyaknya calon legislatif muda yang bermunculan ini,
mereka tidak hanya muda, tapi saya pikir mereka juga punya kualitas. Dan saya
pikir mereka juga mesti mendapat kesempatan untuk mulai mendapat pengalaman
duduk di bagian pemerintahan. Yang bisa merasakan keresahan anak muda, ya, anak
muda sendiri. Bagaiman kita bisa merumuskan undang-undang atau perda tentang
komunitas, selain kita butuh orang yang betul-betul paham tentang kultur atau ekosistem
tentang komunitas di Maluku itu sendiri. Jadi politik di Maluku sedang berjalan
dengan dinamis, seperti Indonesia. Saya selalu optimis dengan hal-hal yang
terjadi di Indonesia, nah, dengan munculnya tokoh-tokoh muda di dunia politik kita
sedang melangkah pelan ke arah yang lebih baik.
Bagaimana
pendapatmu tentang anak muda di kota Ambon di tahun 2019 ini?
Saya mulai rajin
mengikuti perkembangan anak muda Maluku. Tapi satu hal yang bikin saya sedikit
gusar, adalah bagaimana mengubah pola pikir anak muda Maluku untuk mulai
belajar mengapresiasi sebuah karya, baik itu tulisan, musik, atau seni
pertunjukkan. Yang saya lihat adalah cara anak muda Maluku mengapresiasi sebuah
karya, baru sebatas 'siapa', belum 'apa'. Siapa dan apa yang saya maksud di
sini, begitu ada seseorang yang membuat karya, walaupun karyanya bagus, tapi
jika mereka belum kenal, maka mereka tidak akan diapresiasi. Biasanya mereka
lihat dulu, ini siapa yang berkarya, kalau kenal yang kita ikut share karya atau beli karya. Tapi kan,
tidak adil juga.
Selain itu, yang saya
perhatikan juga, anak muda khususnya yang tinggal di kota Ambon sekarang sedang
bersemangat untuk memaksimalkan media sosial atau media digital yang mereka
punya. Mereka makin ekspresif, tidak malu dalam mengungkapkan sesuatu, dan
mereka makin kreatif. Walaupun ada juga yang kadang masih suka kepeleset, jempol lebih cepat dari
otak untuk menyaring berita-berita bohong.
Menurut
kamu, kontribusi apa sih yang mestinya anak muda lakukan, supaya kota Ambon
menjadi lebih baik lagi?
Ya, salah satunya
dengan memaksimalkan media sosial kita. Kemudian, mulailah berkarya dengan
kemampuan yang kamu miliki. Fokus dengan karyamu, juga lebih peka dengan
keadaan sekeliling, dan gunakan suaramu untuk menyuarakan keresahan dari masyarakat
yang ada di sekitar. Kontribusi lainnya, ya, barangkali dengan mulai dari hal
kecil, misalnya membuang sampah pada tempatnya. Sebab saya percaya hal besar
itu dimulai dari hal kecil.
Pesan lainnya, saya
pikir penting sekali untuk membangun ekosistem yang baik untuk dunia kreatif, dimulai dengan saling mendukung. Saya juga ingin suatu hari nanti, ketika orang-orang datang
untuk menonton sebuah panggung, sudah mulai tahu siapa-siapa saja yang nantinya
akan tampil, karyanya apa, bukannya datang ke suatu acara karena ada
keramaian saja.
Comments
Post a Comment