foto dok. kalawai
Di tengah kasak-kusuk yang beredar dibalik
pencanangan Ambon sebagai kota Musik Dunia. Diam-diam Kalawai Rap Crew, grup
hip-hop yang berasal dari Halmahera, Maluku Utara, berangkat ke Ubud Writers
and Festival (UWRF 2016) dan berbagi tentang perdamaian melalui musik mereka. Dua
sesi yang mereka isi adalah, sesi performance, dimana mereka membawakan sekitar
delapan buah lagu ciptaan mereka sendiri. Dan yang ke dua adalah sesi bicara di
Main Programme UWRF 2016 dengan tema Make Art Not War. Di sesi kedua ini
Kalawai Rap Crew tidak sendirian, bersama dengan Bri Lee, seorang aktivis perempuan
dari Jerman dan The Brothahood, grup hip-hop Muslim asal Australia. Tanpa tedeng
aling-aling mereka menyuarakan perdamaian.
Seperti tombak yang menancap tepat pada
sasaran. Demikian nama adalah doa. Terbentuk di Salatiga, 28 Agustus 2012.
Warung pisang goreng di pojok kota Salatiga yang menjadi saksi ketika Sony,
Victor (Tox), Deny, dan Melky kemudian berembuk untuk membuat sebuah grup
hip-hop. “Waktu itu kita datang dengan kegelisahan yang sama. Kerusuhan terjadi
lagi di Tobelo. Dan kalau demo terlalu mainstream,
maka kita mau bikin lagu saja.” Cerita Tox bersemangat. “Ada dua nama yang
keluar kala itu, Kalawai dan Doti. Namun karena beberapa pertimbangan, akhirnya
kita pakai nama Kalawai. Yang mau kita tombak adalah segala macam perbedaan
yang ada.” Tox melanjutkan ceritanya.
Setelah diskusi berlanjut, akhirnya
lahirlah lagu “Peace For Halmahera.” Lagu ini lahir sebagai pesan damai yang
ingin disampaikan oleh Kalawai Rap Crew dari tanah rantau kepada
saudara-saudara di Tobelo yang sedang rusuh pada waktu itu. Peace For Halmahera
direkam di studio milik kawan dari Bounty Crew (salah satu grup hip-hop lainnya).
Begitupun dengan proses mixing,
mastering, hingga pembuatan video klip yang semuanya dibikin alakadarnya saja.
Harapannya sederhana, mereka ingin menyuarakan perdamaian lewat lagu mereka.
Lain halnya dengan Sony, yang sedang
menyelesaikan studi Psikologi di Universitas Kristen Satya Wacana ini, bercerita
bahwa bersama Kalawai Rap Crew, ia dapat menyuarakan isi hatinya. “Beta juga merasa
bahwa sudah cukup. Pada saat kerusuhan beta pung kedua orang tua dibunuh di depan
mata. Dan kalau beta seng memaafkan maka dendam itu akan terus sama-sama dengan
beta.” Sony pun tanpa ragu menyuarakan isi hatinya. Tombak jugalah yang
memutuskan segala kemarahan dan diganti dengan memaafkan.
Sampai saat ini sudah ada sekitar 52 lagu
yang diunggah ke saluran reverbnation mereka. Lagu-lagu tersebut 90 persennya
adalah lagu-lagu yang mereka ciptakan sendiri. Cinta dan perdamaian tentu saja
adalah tema yang kebanyakan mereka tuangkan di dalam lagu mereka. Tidak hanya
itu mereka pun punya kerinduan untuk menyanyikan lagu-lagu mereka dalam bahasa
Halmahera sendiri dan dapat kita temukan dalam lagu “Tara Bafoya” dan “Kapan
Pulang Halmahera.”
Karena bahasa adalah identitas, mereka
tidak ragu sedikitpun untuk memakai lirik dengan bahasa Halmahera. Begitupun
ketika bicara tentang Maluku, ada rasa bangga kemanapun mereka pergi. Hal ini
pun mereka tuangkan ke dalam lagu “Kanapa Malu Bilang Maluku” satu lagu yang
merupakan hasil kolaborasi dengan Tickang Palungku.
Tidak ada yang dominan dalam menulis
lirik lagu. Semua lebih intuitif dan berproses bersama. “Tinggal kasih satu
tema, lalu semua dapat menulis tentang tema tersebut. Tinggal nanti kita pilih,
mana yang paling pas di bagian awal atau
akhir” ujar Sony.
Datang dari
Halmahera dan bertemu saat masih kanak-kanak selagi tinggal di penampungan
pengungsi di Manado. Kalawai Rap Crew menggunakan suara dan musik untuk
membicarakan isu-isu sosial, ekonomi, ketidak seimbangan politik, dan sekaligus
memperkenalkan musik rap kepada generasi muda Indonesia.
foto dok. gria garinati: sony dan tox ketika sedang berada di UWRF 2016
Itulah
mengapa juga The Jakarta Post menuliskan tentang mereka ketika berhasil
mengambil hati pengunjung UWRF 2016 beberapa waktu yang lalu:
“Their
hard-hitting lyrics and intoxicating melodies sent the crowds singing and
dancing together, celebrating rather than arguing about their different creeds,
skin colors and ethnic identities.”
Tidak hanya menombak panggung UWRF 2016
hingga pecah dan membuat semua orang bergoyang. Kalawai Rap Crew pun sedang mendunia
dalam diam.
Banggah punya kalian
ReplyDeletemantap..kenapa maluku blg maluku!!
ReplyDeleterespect musisi maluku..